Indonesia Sudah Rusak, Pemerintah Datangkan Buruh Buta Huruf dari China, WNI Malah Jadi TKW ke LN dengan Risiko Dis1ksa Majikan,,, TOLONG BANTU SHARE

Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Sri Edi Swasono mengemukakan kritikan tajam pada Presiden Joko Widodo.
Diambil dari Berikut. com, Selasa (13/9), Sri Edi menegaskan kalau sekarang ini perekonomian Indonesia sangatlah rusak, semuanya bidang dikuasai pihak asing. Bahkan juga hingga buruh buta huruf dari China (Tiongkok) di beri izin masuk ke Indonesia. Seperti diberitakan, tenaga kerja kasar asal Cina telah mulai datang bergelombang ke Bayah, Pandeglang, Banten. Buruh asal Cina itu dipekerjakan untuk bangun pabrik Semen Merah Putih di Bayah, Lebak.
''Menteri-menteri ekonomi plonga-plongo, buka lapangan kerja kagak dapat. Hingga kita tetaplah jadi bangsa kuli. Jadi TKI dengan resiko dipotong leher serta disiksa majikan, '' tegas Sri Edi.
 
Dalam Rapat Kerja Kabinet Paripurna, 9 September 2016 di Istana Negara, Jakarta, Jokowi mengulas hasil kunker serta hubungannya dengan perekonomian nasional sekarang ini. Jokowi benar-benar memikirkan lewat cara korporasi, mengelola negeri ini seperti manajemen parusahaan yang serba solid, cepat serta cerdas.
Jokowi bercerita kalau persaingan global, antarnegara sekarang ini begitu sengit serta tampak makin riil. Semuanya negara berlomba merebut pasar investasi serta modal ke negaranya semasing. Ibarat perusahaan, semasing negara mempresentasikan portofolio bisnisnya supaya disukai investor.
Beberapa kepala pemerintahan, baik di G-20 ataupun ASEAN Summit, sangat terlihat begitu saat ini berkompetisi antarnegara begitu sengit. Berlangsung pertarungan antarnegara dalam perebutan kue ekonomi, baik investasi, arus duit masuk, arus modal. Serta itu begitu sengit sekali, " kata Presiden Jokowi.
 
 " Kita mesti memastikan apa yang bakal jadi ''core ekonomi'' kita, ''core business'' negara kita lantaran dengan itulah kita bakal dapat bangun posisi kita. Kita dapat bangun diferensiasi kita. Kita dapat bangun brand negara hingga lebih gampang kita merampungkan bebrapa persoalan tanpa ada mesti kejar-kejaran, terlebih kalah berkompetisi dengan negara lain, " kata Jokowi.
Merespons Presiden Jokowi, Menteri Pariwisata Arief Yahya segera memberanikan mengemukakan bidang pariwisata berkaitan inti usaha Indonesia. Negara seperti satu korporasi, mesti mempunyai core business hingga kita bisa dengan tegas serta terang mengambil keputusan positioning, differentiating, serta branding dengan tepat.
 
 " Menurut saya, core business negara ini yaitu pariwisata, ucap Arief Yahya.
Arief mengatakan, pariwisata Indonesia memiliki banyak kelebihan kompetitif serta kelebihan komparatif hingga layak jadi bangsa pemenang lewat industri pariwisata.
Pariwisata penghasil devisa terbesar. Th. 2019, industri pariwisata diproyeksikan jadi penghasil devisa paling besar di Indonesia yakni 24 miliar dolar, melampaui bidang migas, batubara, serta minyak kelapa sawit. Dampak devisa yang masuk segera dirasa oleh semua susunan orang-orang.
Th. 2019, pariwisata Indonesia ditargetkan jadi yang terbaik di lokasi regional, bahkan juga melampaui ASEAN. Pesaing intinya yaitu Thailand dengan devisa pariwisata kian lebih 40 miliar dolar, sedang negara yang lain relatif gampang ditaklukkan.
 
Wonderful Indonesia yang awal mulanya tak diperhitungkan didunia, th. 2015, melesat kian lebih 100 peringkat ke urutan 47 menaklukkan country branding Truly Asia Malaysia (ranking 96) serta country branding Amazing Thailand (ranking 83). Country branding Wonderful Indonesia mencerminkan posisi serta pembeda pariwisata Indonesia.
 
Indonesia cuma akan dapat memenangi persaingan di tingkat regional serta global jika semua kementerian/instansi yang ada menyatu untuk konsentrasi mensupport inti usaha yang sudah diputuskan. Pariwisata mungkin saja pilihan bila masalah infrastrukturnya, juga permasalahan keamanan, terorisme serta masalah kekerasan lain dapat terus diatasi.
Ada harapan, pariwisata mungkin saja alternative untuk menjawab pertanyaan serta tantangan Jokowi masalah inti usaha dan ekonomi Indonesia lantaran turunnya perekonomian negeri ini. Namun itu bukanlah hanya satu jaminan, sebab pariwisata juga rawan dengan fluktuasi, gejolak dan ketidakpastian didalam serta luar negeri seperti masalah Tunisia dan Yunani. (goriau)

Sumber: http://www.dream.co.id/