SELURUH MASYARAKAT INDONESIA DARI SABANG SAMPAI MERAUKE TOLONG BANTU SEBARKAN INFO PENTING INI....!!!! Umatku Polos, Umatku Malang
Salah satu kekeliruan umat Islam mulai sejak dahulu yaitu polos, buta politik, bahkan juga alergi serta menarik diri dari politik. Ini yaitu warisan konstruksi memikirkan kolonial, di mana diset politik itu masalah orang kulit putih, usaha itu masalah etnis Cina, sedangkan pribumi ya jadi petani, pegawai, atau buruh. Walau sebenarnya kebijakan yang mengatur arah kehidupan berbangsa serta bernegara ditentukan melalui mekanisme politik.
Cobalah saksikan begitu dahsyatnya permainan politik serta efeknya. Efek itu jadi berkali lipat lebih luar biasa dikarenakan politik tentu berjalin-berkelindan dengan media.
Seseorang Jokowi kurun waktu begitu singkat dapat naik dari Walikota Solo, jadi Gubernur DKI, lantas jadi Presiden. Hampir tak ada yang mempermasalahkan kalau beliau tak pernah merampungkan saat jabatannya sebagai Walikota serta Gubernur dengan baik. Paralel dengan itu, seseorang Ahok dapat melesat dari Bupati Belitung Timur jadi Wagub DKI, dan lalu jadi Gubernur di Ibu Kota Negara.
Banyak umat Islam dengan polos lihat dua fenomena diatas sebagai kebetulan. Walau sebenarnya orang yang belajar politik sedikit saja tentu mengetahui, tak ada kebetulan dalam politik. Senantiasa ada agenda, kiat serta skenario dibalik tiap-tiap momen. Senantiasa ada master mind di belakang itu semuanya. Bahkan juga selalu ada penyandang dana yang mempunyai urusan meyakinkan kalau efek momen poltik itu memberikan benefit yang lebih besar daripada biaya yang di keluarkan.
Sama naifnya bila kita berasumsi kalau kebetulan Ade Komarudin menukar Setya Novanto yang terlilit masalah korupsi sebagai Ketua DPR RI. Lantas Setya Novanto, yang waktu bertandang ke AS ada di kampanye Donald Trump, jadi dipilih jadi Ketum Golkar. Apa mungkin saja Setya Novanto mungkin saja pucuk pimpinan Partai Beringin tanpa campur tangan Ical? Ohya, janganlah lupa, Donald Trump yaitu kandidat Presiden AS yang terkenal begitu anti Islam. Salah satu ide dalam kampanyenya yaitu melarang masuknya muslim ke negara Paman Sam.
Narasi tak berhenti di situ. Tidak lama sesudah Setya Novanto jadi bos Golkar, partai warisan Orba ini segera menyebutkan support pada Ahok untuk kembali jadi DKI Satu, menyusul Nasdem serta Hanura yang telah lebih dulu menyorongkan dukungan.
Lanjutannya kita semuanya telah mahfum. Aksi Ahok menggusur beberapa ribu warga marjinal di Jakarta tak pernah disorot media. Demikian pula sangkaan korupsi dalam masalah pembelian tempat RS Sumber Waras tak ‘dikuliti’ dengan ketertarikan oleh beberapa jurnalis.
Demikian sebaliknya, masalah kecil razia Satpol PP pada seseorang pedagang di Serang yang buka warung di siang hari bln. Ramadhan diblow-up media dengan gegap gempita, dengan angel yang memojokkan umat Islam. Walau sebenarnya Satpol PP cuma menegakkan Perda yang telah bertahun-tahun berlaku di Serang, satu lokasi dengan 95% warga muslim.
Kacaunya, Presiden dengan sangat patriotik menyumbang 10 juta untuk si pedagang. Bahkan juga beberapa netizen menggalang dana sampai 130 juta sebagai bentuk simpati.
Kenapa umpamanya Jokowi tak menyumbang serta para netizen tak menggalang dana simpati yang sedemikian penting untuk beberapa korban penggusuran Ahok? Apakah lantaran beberapa warga marjinal itu tidak mematuhi Perda tentang tata ruangan seperti sampai kini didalihkan Ahok? Bila demikian sama juga _bro_! Pedagang di Serang itu dirazia Satpol PP lantaran tidak mematuhi Perda yang mengatur jam buka gerai makanan sepanjang Ramadhan.
Coba tengok bagaimana gegap gempitanya kabar berita kalau KPK menyebutkan masalah RS Sumber Waras bebas dari korupsi, walau sebenarnya BPK terlebih dulu bebrapa riil memberikan indikasi kerugian negara beberapa ratus milyar dalam masalah ini. Sebaliknya, rentetan penggusuran yang dikerjakan Ahok sepi-sepi saja di media. Kok dapat? Kebetulan? Tentunya tak. Silakan saksikan siapa bos besar dibalik media-media kita.
Jadi kalau kita lihat banyak Perda memiliki nuansa syariah dilucuti oleh regim Jokowi, itu mah wajar. Malah aneh bila tak demikian. Mungkin saja ada banyak yang belum ngeh kalau partainya Pak Jokowi ngotot merubah isi UU Perkawinan th. 1974 yg tidak merestui perkawinan lain agama. Partai itu juga berusaha menyingkirkan ketetapan dalam UU Pendidikan Nasional yang nengharuskan sekolah sediakan guru agama yang seagama dengan anak didiknya. Bahkan juga partai yang sama ada di barisan paling depan penentang UU Anti Pornografi.
Satu lagi. Di samping polos serta kurang melek politik, beberapa umat ini dapat kurang tajam asumsinya, hingga gampang dijebak oleh kerancuan memikirkan yang dihembuskan beberapa politisi. Umpamanya, Ahok sering menyampaikan, tentukan mana pada pemimpin muslim namun korup, atau pemimpin kafir namun tak korup. Duh, itu fallacy of comparison namanya. Kita dipaksa pilih dua pilihan yang keduanya salah. Kita dibutakan sedemian rupa seakan tak ada pilihan yang lain. Walau sebenarnya, belum tentu sekarang ini pemimpin kafir yg tidak korup itu betul-betul ada. Walau sebenarnya, belum pasti pemimpin kafir yang bicara demikian – which is Ahok sendiri betul-betul tak korup. Padahal, banyak pemimpin muslim yg tidak korup.
Contoh lain, satu diantara Wakil Ketua Dewan yang telah dipecat partainya, Fahri Hamzah mengatakan kalau partainya tak dapat memecat dianya lantaran dia diambil oleh konstutuennya. Umum disesatkan dari fakta kalau seseorang dapat diambil dalam pemilu sebagai anggota legislatif ya lantaran diajukan oleh partainya. Serta kerja mesin partai punya andil besar dalam kemenangan seorang kandidat. Apalagi dalam satu partai kader seperti partainya Bung Fahri.
Jadi masih tetap ingin polos dan apolitis?
Dr. Arief Munandar
Doktor Sosiologi Politik & Organisasi Universitas Indonesia
Tulisan ini dipublikasikan pertama kalinya di selasar. com
SELURUH MASYARAKAT INDONESIA DARI SABANG SAMPAI MERAUKE TOLONG BANTU SEBARKAN INFO PENTING INI....!!!! Umatku Polos, Umatku Malang
Reviewed by Unknown
on
04.29
Rating: