WOOOOOW UNIKNYA.....!!!! HIDUP DI PERBATASAN, RUANG TAMU DI INDONESIA, DAPUR DI MALAYSIA

Bagaimana rasanya bila tempat tinggal yang kita menempati ada diantara dua negara? Berikut yang dialami keluarga Mappangara (50) serta Hasidah (42) . Ruangan tamunya ada di Indonesia, tetapi dapurnya ada di wilayah Malaysia.

Rumah Mappangara termasuk biasa. Rumah panggung khas suku Bugis, yang didominasi oleh kayu dan seng. Tetapi yang bikin rumah ini istimewa lantaran letaknya persis di garis patok III Desa Aji Kuning, Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan timur, yang persis ada di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia.

Lantaran berada di garis batas, lokasi rumahnya juga 'terbelah'. Di ruangan tamunya, yang berukuran sekitaran 3x4 mtr. masuk wilayah Indonesia, sedang dapurnya yang memiliki ukuran 2x3 sudah masuk wilayah Malaysia. Pulau Sebatik hanya satu pulau di perbatasan yang terdiri dua, Sebatik Induk punya Indonesia dan Sebatik Barat milik Malaysia.

Hal semacam ini pasti menyebabkan kekhasan sendiri, setiap ingin masak serta mandi, Mappangara dan istrinya mesti pergi ke luar negeri lantaran dapur serta kamar mandi mereka letaknya masuk wilayah malaysia. Dengan hal tersebut, setiap hari juga mereka bolak-balik ke luar negeri.

Rumah Mappangara ini yaitu hanya satu rumah yang persis di dalam perbatasan, karena letak ruangan tamunya yang menjorok serta tidak selurus dengan beberapa tempat tinggal tetangganya. Rumah-rumah yang ada di samping tempat tinggal Mappangara keseluruhnya telah masuk lokasi Malaysia.

 " Walau rumah saya di perbatasan, saya yaitu warga Indonesia, lantaran asal saya memanglah Indonesia. Tetangga-tetangga saya juga begitu, kami orang Indonesia, " terangnya.

Mappangara mempunyai KTP Indonesia, serta tak mempunyai KTP Malaysia. Di beberapa tempat tinggal warga yang ada di perbatasan, di pintunya ditempel stiker merah putih berukuran kecil.

Umumnya warga di Desa Aji Kuning yaitu warga keturunan perantau Bugis. Demikian pula dengan Mappangara, ia serta seluruh keluarganya yaitu keturunan Bugis yang sudah menempati lokasi itu puluhan tahun.

sumber: http://www.beritaislam24h.com/2016/05/uniknya-hidup-di-perbatasan-ruang-tamu.html