yang terpenting bukan musibahnya, tetapi apa alasan Allah menimpakan musibah itu kepada kita.


Musibah atau bencana yang menimpa orang yang beriman yg tidak lupa dari keimanannya, sifatnya
yaitu ujian dan cobaan. Allah menginginkan lihat bukti keimanan serta kesabaran kita. Bila kita dapat menyikapi dengan benar, serta kembalikan semua pada Allah, jadi Allah bakal memberikan pertolongan serta rahmat sesudah musibah atau bencana tersebut .

Demikian sebaliknya untuk beberapa orang yang bergelimang dosa serta kem4ksiatan, bencana atau musibah yang menerpa, itu yaitu siksa atau azab dari Allah atas dosa-dosa mereka. Jika ada orang yang hidupnya bergelimang kejahatan serta kemaksi4tan, namun lolos dari bencana/musibah, jadi Allah tengah mempersiapkan bencana yang lebih dahsyat untuknya, atau mungkin saja ini adalah siksa atau azab yang ditangguhkan, yang nantinya di akhirat-lah balasan atas semua dosa serta kejahatan dan maksi4t yang dikerjakannya.

Sesungguhnya yang terpenting bukanlah musibahnya, namun apa alasan Allah menimpakan musibah itu pada kita. Untuk di ingat, bila musibah itu berlangsung, dikarenakan dosa-dosa kita, jadi segera-lah bertobat pada Allah. Bila musibah yang berlangsung dikarenakan ujian keimanan kita, jadi kuatkan iman serta berdasar teguhlah pada Allah. ...

Siapapun berbuat kebaikan, jadi faedahnya bakal kembali padanya. Sedang siapapun berbuat kejahatan, jadi bencananya akan kembali pada dianya. Dapat dibalas di dunia atau di akhirat.

Firman allah SWT di bawah ini : ”Barangsiapa kerjakan perbuatan jahat, jadi dia akan tidak dibalas tetapi sepadan dengan kejahatan itu. Serta barangsiapa kerjakan amal yang saleh baik lelaki ataupun wanita tengah ia dalam kondisi beriman, jadi mereka bakal masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa ada hisab”. (QS. Al Mukmin 40 : 40).

“Apa saja nikmat yang anda dapatkan yaitu dari Allah, serta apa sajakah bencana yang menimpamu, jadi dari (kekeliruan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu jadi Rasul pada seluruh manusia. Serta cukuplah Allah jadi saksi. ” (QS. An Nissa 4 : 79)

Musibah bisa dibedakan dengan azab serta bala. Musibah yaitu ujian yang perlu dilalui seseorang hamba serta berperan sebagai sistem pembelajaran supaya kehidupan hari esok kita bisa ditempuh dengan lebih baik.

Jalanilah kehidupan ini dengan datar serta lurus. Kemampuan tawakkal serta ikhlas bakal meberikan power serta keajaiban didalam diri kita. Ini jaminan Tuhan : ”Jangan berduka cita, sebenarnya Allah berbarengan kita” (Q. S. al- Taubah/9 : 40).

Strategi melakukan serta menjaga sikap tawakkal dalam diri kita, di ajarkan oleh kelompok guru-guru tasawuf, dengan menghayati dengan cara mendalam dua kalimat syahadat. ” Tak ada Tuhan terkecuali Allah serta Muhammad yaitu Rusul Allah”.

Diawali dengan kalimat negasi, menafikan semuanya, bila butuh menafikan kehadiran bentuk kita sendiri. Seakan-akan yang ada serta eksis di jangat ini hanya Dia, Allah SWT. Kita melenyapkan hakekat serta substansi diri kita lantas larut pada satu Bentuk Yang Maha Abadi. Kita seperti mayat yang tenggelam di sungai, ke mana juga sungai itu bermuara di situlah kita bakal dibawa. Terimalah dianya apa pun ada, lantaran semua orang membawa takdir dianya masing-masing.

Ma’rifah seperti ini lebih gampang nampak saat kita tengah sujud diatas hamparan sajadah dihadapan kebesaran Allah Swt. Lupakanlah musibah serta kekecewaan itu, hilangkanlah semua, bila butuh lupakanlah kehadiran dianya, seakan-akan yang ada hanya Dia Sendiri.

Tak ada lagi sosok yang ditipa musibah, tak ada juga sosok orang yang menghadirkan musibah, tak ada lagi dendam serta tak ada lagi yang sakit. Semua kembali serta menyatu dengan-Nya. Seakan musibah itu datang untuk menghapus memori gelap saat lampau kita.

Ikhlas yang sebenarnya memberi rasa optimisme kedalam diri tiap-tiap orang. Orang yang melakukan keikhlasan penuh akan tidak pernah terasa sedih, sakit, capek, serta kecewa, lantaran semuanya yang dikerjakan hanya lantaran Allah SWT. Karya serta dedikasi yang dikerjakan bukanlah lantaran Allah SWT tersebut yang kerap menyedot daya batin seorang. Yang berkaitan kerap terasa kecewa, penat.
Bahkan juga sakit lantaran harapannya tidak sama dengan tanggapan yang didapatkan orang lain terhadapnya. Bila semunya kita niatkan seikhlasnya serta kita serahkan seutuhnya pada Allah SWT jadi hidup ini tentu tenang, akan tidak terasa kecewa, akan tidak bersedih, tak pernah terasa jatuh, serta mungkin akan tidak pernah lagi kita terasa sakit.

SUMBER: http://www.satucerita.com/2016/06/yang-terpenting-bukan-musibahnya-tetapi.html
yang terpenting bukan musibahnya, tetapi apa alasan Allah menimpakan musibah itu kepada kita. yang terpenting bukan musibahnya, tetapi apa alasan Allah menimpakan musibah itu kepada kita. Reviewed by Unknown on 19.59 Rating: 5